Senin, 14 September 2015

Epistimologi Do'a



PENGANTAR
Permintaan ada beberapa macam, diantaranya permintaan dari seseorang kepada sesame tingkatannya yang disebut dengan iltimas, permintaan dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi tingkatannya disebut dengan doa dan ada juga permintaan dari tingkatan yang tinggi kepada yang lebih rendah. Doa seringkali dianggap sebagai ungkapan pelengkap dalam kehidupan. Keberadaan doa dirasakan penting, terutama ketika seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya atau jatuh dalam jurang kehinaan. Masih sedikit orang yang berdoa dengan motif untuk mensyukuri nikmat Allah. Kebanyakan doa diungkapkan ketika sedang mengalami ancaman, musibah, dan sebagainya. Pemahaman seperti inui, menurut ajaran Islam, dipandang keliru. Oleh karena itu, untuk memperoleh pemahaman doa yang komprehensif menurut ajaran Islam, terlebih dahulu harus dipahami aspek epistemologinya. (Fajar, 2010:12)
Penggagas ilmu Epistemologi Doa adalah Dr. H. Syukriadi Sambas, M.Si. Menurutnya, doa bukan hanya sebatas amal tetapi juga ilmu.

PENGERTIAN DOA
Pengertian doa bagian dari ibadah adalah bahwa  kedudukan doa dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan mesjid. Doa adalah tiang penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan. Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan  yang disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Epistemologi doa dapat diartikan sebagai metode atau cara dalam berdoa.
Doa secara etimologi berasala dari bahasa Arab dengan asal katanya yaitu da’aa-yad’uu-du’aa-da’watan. Artinya, permohonan. Secara terminologi, doa adalah permohonan sesuatu dari yang rendah kepada yang lebih tinggi. Dasarnya adalah perintah Allah pada Q.S al-Mukmin ayat 60 :
tA$s%ur ãNà6š/u þÎTqãã÷Š$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4 ¨bÎ) šúïÏ%©!$# tbrçŽÉ9õ3tGó¡o ô`tã ÎAyŠ$t6Ïã tbqè=äzôuy tL©èygy_ šúï̍Åz#yŠ ÇÏÉÈ 
 “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Depag, 2004:474)
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i yang sebenanya.
Al-Qur’an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya QS. Al-Ar’af : 55-56 :
(#qãã÷Š$# öNä3­/u %YæŽ|Øn@ ºpuŠøÿäzur 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÏtF÷èßJø9$# ÇÎÎÈ   Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ 
 “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Depag,2004:287).
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an banyak menyebutkan  pula bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul  bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam QS. Al-Kahfi:28 Allah telah berfirman :
÷ŽÉ9ô¹$#ur y7|¡øÿtR yìtB tûïÏ%©!$# šcqããôtƒ Næh­/u Ío4rytóø9$$Î/ ÄcÓÅ´yèø9$#ur tbr߃̍ム¼çmygô_ur ( Ÿwur ß÷ès? x8$uZøŠtã öNåk÷]tã ߃̍è? spoYƒÎ Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( Ÿwur ôìÏÜè? ô`tB $uZù=xÿøîr& ¼çmt7ù=s% `tã $tR̍ø.ÏŒ yìt7¨?$#ur çm1uqyd šc%x.ur ¼çnãøBr& $WÛãèù ÇËÑÈ    
 “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Depag, 2004:297).
FUNGSI DOA
1.    Doa sebagai Permohonan atau permintaan.
Artinya, doa adalah permintaan seorang makhluk terhadap Tuhannya. Sebuah permohonan dari seseorang terhadap orang yang lebih tinggi derajatnya.
2.    Doa sebagai Ibadah.
Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah SAW pernah bersabda: “do’a itu adalah otaknya ibadah”. Ciri doa sebagai ibadah yaitu bebas dari kepentingan, ikhlas, tidak berfikir untuk dikabulkan. Adapun berdoa tidak mesti dengan bahasa Arab. Ibadah sendiri berasal dari kata ‘abd artinya manusia dan ma’bud artinya Allah, maka berdoa adalah ibadahnya seorang makhluk (manusia sebagai hamba) kepada Allah sebagai sang khalik (pencipta).
3.     Doa sebagai Media Komunikasi dengan Tuhan.
Doa adalah media seorang makhluk untuk berbicara atau berkomunikasi dengan Tuhannya. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mendekatan diri dengan Allah.
Dengan berdoa maka komunikasi dengan sang khalikpun akan lebih mudah. “Lebih sering seseoran berdoa, maka lebih cepat komunikasi itu terhubug”.
4.    Doa sebagai Komando Spiritual
Doa sangat berpengaruh terhadap spiritual atau sikap mental manusia yang merupakan unsur penting dalam meraih keberhasilan. Seseorang yang bermental pantang menyerah tentulah dalam setiap usaha akan selau berusaha keras. Ketika menghadapi setiap rintangan, dia hanya akan menganggapnya sebagai cobaan kecil dan merupakan anak tangga untuk meraih keberhasilan.
Sebaliknya seseorang yang bermental korup sudah tentu setiap detik yang terlintas dalam pikirannya bagaimana hari ini mendapatkan uang yang banyak dan metode apalagi yang harus diterapkan. Ini merupakan sikap pengecut, yaitu takut miskin dan sekaligus musyrik karena tidak percaya rezeki dari sang pencipta.  
Doa sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjaga keimanan kita, karena dengan sebuah permintaan maka seseorang tak akan meninggalkan kewajibannya selama ia memiliki keinginan atau permintaan yang ditopang oleh kewajibannya itu.
5.    Doa sebagai Media Transendental
Doa dapat menjaga hibungan makhluk dengan Tuhannya. Dalam riwayat Abu Ya’la dan Al-Hakim, Rasulullah SAW bersabda: “Do’a adalah senjata orang mukmin, tiangnya agama, cahaya langit dan bumi.  Meskipun doa sebagai tanda lemahnya iman namun doa adalah senjata yang ampuh untuk mendekatkan diri dan ampuh untuk merubah suatu keadaan.
URGENSI MEMPELAJARI EPISTEMOLOGI DOA
            Walaupun secara kualitas doa disejajarkan dengan setengah ibadah wajib, tapi dari segi substansinya doa merupakan inti dari setiap ibadah yang kita lakukan kepada sang pencipta. Shalat yang kita lakukan terdiridari kumpulan doa, mulai dari awal takbir sampai salam, begitupun ibadah yang lain. Makanya tak salah kalau Rasullulah mengatakan bahwa doa adalah ruhnya ibadah. Tanpa doa ibadah tidak akan punya arti apa-apa.
Secara mendasar doa merupakan penghancuran nilai-nilai egoisme kemanusiaan yang selalu identik dengan kesombongan, keangkuhan dan merasa bahwa setiap keberhasilan adalah jerih payah sendiri tanpa menganggab adanya campur tangan Allah SWT sebagai Zat Pengatur.
Epistemlogi do’a merupakan disiplin ilmu yang “membidani” kelahiran do’a sebagai rangkaian ‘Ibadah Islam. Sedangkan hukum ‘ibadah dalam Islam adalah sebuah kewajiban dari Allah SWT untuk seluruh umatnya.
            Dengan sebab itu pulalah, maka keutamaan epistemologi do’a akan senbanding dengan disiplin ilmu yang dinyatakan sebagai hasil kulminasi kinerjanya. Ialah do’a itu sendiri.
SUMBER DOA
Sumber redaksi atau proses pendapatan doa adalah sebagai berikut :
1.    Semangat yang Terkandung dalam Ayat Al-Quran.
Semangat Al-Qur’an dan ayat-ayat didalamnya yang diwujudkan dengan kalimat lain. Contohnya adalah doa kebaikan dunia dan akhirat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 201 (Kusnawan, 2011:23) :
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)tƒ !$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$# ÇËÉÊÈ  
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"
(Depag, 2004:31)
Doa Nabi Musa AS, sebagaimana dalam Q.S Thaahaa ayat 25-28 (Kusnawan, 2011:33) :
tA$s% Éb>u ÷yuŽõ°$# Í< Íô|¹ ÇËÎÈ   ÷ŽÅc£our þÍ< ̍øBr& ÇËÏÈ   ö@è=ôm$#ur Zoyø)ãã `ÏiB ÎT$|¡Ïj9 ÇËÐÈ   (#qßgs)øÿtƒ Í<öqs% ÇËÑÈ  
“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku”. (Depag, 2004:313)
2.    Hadits
Doa yang diriwayatkan oleh para sahabat yang bersumber dari perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi SAW. Hadits  yang berupa doa contohnya adalah doa dihindarkan dari kemalasan :
“Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari rasa gundah dan sedih, kami berlindung dari sikap kikir, pengecut, dari tekanan hutang, dan kejahatan orang-orang yang jahat.”       (al-Qarni, 2008:567)
3.    Atsar
Doa yang bersumber dari Sahabat Nabi SAW, seperti doa Umar r.a agar dilindungi dari orang yang kejam.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekejaman orang-orang yang durjanadan kelemahan orang-orang yang bisa dipercaya”
4.    ‘Urf
Doa yang bersumber dari ‘Urf  atau kebiasaan, adat istiadat masyarakat contohnya seperti jangjawokan dalam buadaya Sunda. Doa yang bersumber dari local culture dapat berupa gabungan dari doa dan budaya, bagaimana cara budaya yang ada dapat sesuai dan tak melanggar syariat Islam.
5.      Doa yang diambil dari mimpi.
Doa yang diambil dari pelajaran yang didapat dalam mimpi. Namun, mimpi yang dimaksudkan disini adalah mimpi baik. Akan tetapi doa yang berasal dari mimpi ini sulit untuk diijazah, karena tidak diyakini kebenarannya, pengijazahan ini bermaksud untuk menjaga keutuhan teks doa.

SHIGAT DOA
Shigat doa artinya penguat dalam doa atau perubahan suatu doa dari mufrad menjadi jama’.
JENIS-JENIS DOA
Jenis-jenis doa berdasarkan redaksi kalimatnya adalah :
1.    Isti’adzah 
Istiadzah adalah memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah, baik fitnah dunia maupu n akhirat. Kegiatan istiadzah ini telah dilakukan oleh Rosulullah SAW. Bahkan ditetapkan sebagai salah satu syari’at Islam.
Dalam al-Quran pun diantara contoh ayat yang terdapat kalimat isti’adzah adalah Q.S al-Falaq dan an-Nas. Kalimat isti’adzah terdapat pada ayat pertama surat tersebut.
Al-istiti'adzah berarti permohonan kepada Allah SWT dari setiap yang jahat. Al-'iyadzah (permohonan pertolongan) dalam usaha menolak kejahatan, sedangkanal-layadzu (permohonan pertolongan) dalam upaya memperoleh kebaikan.
A'udzubillahiminasysyaithonirrajim berarti, aku memohon perlindungan kepada Allah  dari setan yang terkutuk agar ia tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang Dia perintahkan. Atau agar ia tidak menyuruhku mengerjaka apa yang Dia larang, karena setan itu tidak ada yang bisa mencegahnya untuk menggoda kecuali Allah.
Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh manusia agar menarik dan membujuk hati setan jenis manusia dengan cara menyodorkan suatu yang baik kepadanya supaya dengan demikian dia berubah tabiatnya dari kebiasannya mengganggu orang lain. Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari setan jenis jin, karena dia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi dengan kebaikan, sebab tabiatnya jahat dan tidak ada yang dapat mencegahnya dari dirimu kecuali Rabb yang menciptakannya.
2.    Isti’anah
Isti’anah artinya memohon pertolongan. Contoh ayat al-Quran yang mengandung ayat tentang isti’anah adalah Q.S al-Fatihah ayat 5 :
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ  
“Hanya Engkaulah yang Kami semba, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”.
Kata isti’anah telah popular pada kalangan sufi. Menurut lughat (bahasa) adalah memohon pertolongan. Isti’anah diperbolehkan kepada selain Allah, yakni kepada makhluq-Nya.
3.    Istigfar
Istighfar merupakan permohonan ampunan dari manusia selaku hamba yang memiliki sifat ketergantungan kepada Allah. Permohonan ini ditujukan semata-mata ditujukan kepada Allah, tidak kepada yang lainnya; dan bersifat langsung tanpa melalui perantara, sehingga merupakan permohonan ampunan yang amat murni. Artinya, permohonan ampunannya itu tumbuh dari hati nuranunya untuk mencapai hubungan yang bersih murni dengan Allah dank arena ketakutannya akan ditimpa cobaab ataupun nasib buruk, karena menyadari dirinya berdosa kepada Allah, padahal ia telah meyakini sekali bahwa bahagia dan celakanya ada di ujung jari Allah, sedangkan Allah sangat mudah untuk menjungkirbalikkan nasib dirinya, kecuali jika Allah mengampuninya. Untuk itulah ia beristighfar, memohon ampunan. Lalu apakah dengan istighfar sama dengan bertobat?
Dalam hal ini tobat mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dalam bertobat, seseorang terikat untuk melaksanakan syarat-syarat pertobatan; bila ia melanggarnya, maka tobatnya dengan sendirinya menjadi tertolak. Istighfar merupakan bagian dari tobat atau pertobatan. Meski demikian, istighfar memiliki nilai yang tinggi diantara amalan-amalan ibadah, khususnya dalam kelompok ibadah dan zikir.Beristighfar haruslah diniatkan untuk mendapatkan ampunan Allah, tidak hanya untuk dosa pada saat ini, tetapi juga dosa masa lalu serta dosa masa mendatang kalu memang ada. Ini merupakan kewaspadaan batin,karena dosa kesombongan meski seberat debu ternyata telah menyebabkan orang tidak masuk surga, lebih-lebih bila dalam diri kita masih banyak bertumpuk berbagai macam dosa.Istighfar ibarat sabun pencuci dosa. Dengan membiasakan istighfar, maka setiap ada dosa sedikit, dosa itu dapat segera terhapus sebelum terlanjur berkarat dalam hati dan jiwa serta menjadi noda yang sulit hilang yang senantiasa terbawa kemana pun ia pergi seumur hidupnya.
4.    Istighatsah
Istighatsah menurut arti bahasa adalah meminta bantuan atau pertolongan.istighatsah tidak hanya meminta bantuan untuk kepentingan pribadi, tetapi lebih menitik beratkan pada kepentingan umum.
Istighotsah ini merupakan istighotsah yang paling afdhol(utama) dan paling sempurna, serta merupakan sunnah para Rasul dan pengikut mereka. Dalilnya Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Q.S al-Anfal ayat 9:
øŒÎ) tbqèWÉótGó¡n@ öNä3­/u z>$yftFó$$sù öNà6s9 ÎoTr& Nä.ÏJãB 7#ø9r'Î/ z`ÏiB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# šúüÏùÏŠóßD ÇÒÈ  
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut". (Depag, 2004:178)
5.    Istikharah
Istikharah merupakan selalu memohon petunjuk kepada Allah SWT. dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut
adalah aturan-aturan Agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu memohon petunjuk kepada Allah.Nabi Muhammad SAW. bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT. dan hari akhir., maka berkatalah yang baik atau diamlah (HR. Al-bukhari dan muslim dari Abu Hurairah).
Orang bijak berkata "think today and speak tomorrow" (berfikirlah hari ini dan berbicaralah besok).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan di ucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi apabila ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Mengenai kebenaran ini, melainkan jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW. untuk memberikan rambu kehidupan, Beliau bersabda :
"Jibril telah datang kepada ku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat pasti akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasanya”. (HR. Baihaqi dan Jabir)."
Sabda Nabi Muhammad SAW. ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebesaran, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sesukanya tanpa mengindahkan etika agama. Para pakar barangkali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar dripada berbicara yang kadang kadang justru membingungkan masyarakat.
kita memasyarakatkan Istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari. Nabi Muhammad SAW. bersabda:
"Tidak rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat”. (HR. Thabrani dan Anas)



DAFTAR PUSTAKA
al-Qarni, ‘Aidh. (2008).La Tahzan, Jakarta: Qisthi Press
Departemen Agama RI. (2004). Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: CV J-Art
Fajar, Dadang Ahmad. (2010). Epistemologi Doa,
Kusnawan, Aep. (2011). Baca, Tulis, Hafal Al-Quran dan Hadits ke-BPI-an, Bandung: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
http://aricha1.blogspot.com/2012/11/pengertian-istikharah.html . Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 17:20 WIB.
https://arieandrepati.wordpress.com/2011/09/03/fungsi-doa/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 16:49 WIB
https://nonengkholilahmaryammediabki.wordpress.com/2014/04/09/doa/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 17:09 WIB.
http://syededlee.tripod.com/keunggulanislam/id31.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 17:16 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar